demi sumpahku kepada cahaya
dari utara
telah kuciptakan kekosongan
di kedalaman mataku
kubuang segala pikat asmara
dari kekasih paling memabukkan sekalipun
maka pulangkanlah semua tabib
dan tinggalkan aku sendiri di Kurusetra
dalam hening akan kulepas diriku
dari segala prasangka
dalam dingin akan kubiarkan waktu
mengambang di cakrawala
semoga kelak kau paham
mengapa cinta selalu menuntut kata percaya.
Juli, 2010
Lukisan
saat kamu dan dia bersatu, benda-benda disekitarmu
saketika akan berada dalam lukisan seorang perenung
yang senantiasa bersaksi dan menunggu
bersaksi atas luka di telapak kakimu
menunggu hilangnya segala jenis debu
yang singgah di tubuhmu
lukisannya adalah himpunan warna
yang terlihat bagaikan fajar di balik pegunungan
di dalamnya, ada satu titik yang akan selalu
membuatmu bertanya, itukah inti kemarau
ataukah pemilik cahaya yang kerap singgah di dadamu
perjalanan yang mengantarkanmu kepada dia
baginya seperti garis lurus yang tak pernah ia beri warna
apatah lagi nama
ketika semua warna dalam lukisannya menjadi abu-abu
pada saat itu pula ia akan mundur perlahan
membiarkan semua benda keluar dari lukisannya
dan kembali ke tempat semula
maka kekallah kamu dan dia yang berdekapan
di dalam lukisan itu.
2009-2010
Fitri Yani, lahir 28 februari 1986, adalah lulusan FKIP Universitas Lampung. Buku puisinya yang akan segera terbit
berjudul 'Dermaga Tak Bernama'. Ia tinggal di Bandar Lampung.